Furukawa Battery – Bicara mobil hybrid (hibrida) tak bisa dilepaskan dari Toyota Prius. Mobil yang sudah mengaspal di Jepang sejak 1997 ini menjadi simbol mobil ramah lingkungan. Tak heran banyak pesohor yang menggunakan mobil ini sebagai dukungan kepeduliannya terhadap lingkungan.
Meski hemat dan ramah lingkungan, mobil hibrida tak lantas menjadi mobil populer di Indonesia. Persoalannya adalah harganya yang mahal. Ambil contoh Nissan X-Trail. Sesungguhnya telah dipasarkan Nissan X-Trail Hybrid dengan harga Rp 633,7 juta. Bandingkan dengan X-Trail yang bermesin konvensional dengan harga mulai Rp400 jutaan. Selisih harga inilah yang membikin konsumen sulit untuk berpihak ke hibrida.
Padahal, jika bicara kelebihan, ada segudang kelebihan mobil hibrida dibandingkan dengan mobil non-hibrida.
Yang pertama tentu irit bahan bakar. Meski masih menggunakan BBM, namun tak sepenuhnya bahan bakar itu digunakan. Ketika kecepatan rendah atau macet bahkan mobil hibrida mengalihkan suplai tenaganya ke baterai. Padahal kita tahu, pada kondisi seperti itulah mobil boros BBM. Memang, BBM yang dibutuhkan minimal beroktan 92.
Yang kedua, rendah emisi gas buang. Ini efek dari minimnya penggunaan BBM.
Kelebihan ketiga, minim getaran dan suara mesin yang “nyaris tak terdengar”. Penyebabnya adalah penggerak mobil hibrida adalah motor listrik dari baterai. Ya, seperti mengendarai sepeda listrik yang marak akhir-akhir ini. Namun kelebihan ini bisa menjadi kekurangan juga sebab tanpa suara ini pengguna jalan lain menjadi tak waspada. Toh ini masalah kebiasaan saja. Ketika sudah banyak berseliweran mobil hibrida, pengguna jalan akan terbiasa dengan mobil tak bersuara tapi jalan.
Keempat, peningkatan akselerasi dan kecepatan. Sepertinya paradoks bahwa mobil irit BBM tapi bisa kenceng tarikannya. Ya, jika tahu cara kerja mobil hibrida tentu tak akan kaget dengan hal ini.
Untuk mudahnya, kita ambil contoh seperti yang ditulis rentalmobil.com berikut ini. Kita bandingkan Toyota All New Camry 2.5 V non-hybrid dengan Toyota All New Camry 2.5 hybrid. Keduanya memiliki kapasitas mesin bensin yang sama. Tapi ternyata dalam performa, Toyota All New Camry 2.5 Hybrid setara dengan All New Camry 3.5!
Mengapa? Karena pada All New Camry 2.5 Hybrid, baik mesin bensin dan motor listrik memberikan daya untuk menambah akselerasi dan kecepatan. Sementara pada All New Camry 2.5 non-hybrid hanya mengandalkan mesin bensin saja.
Kelebihan kelima, memakai transmisi Continous Variable Transmission (CVT). Penggunaan transmisi CVT berefek pada kenyamanan penumpang dan pengemudi karena tidak merasakan perpindahan gigi.
Masalahnya, ya seperti yang disinggung tadi, harga mobil hibrida masih mahal. Kelebihan tadi seperti sia-sia. Simak saja data-data harga mobil hibrida di Indonesia berikuti ini.
- Honda CR-Z CVT Rp 535,014 juta.
- Honda CR-Z M/T Rp 497,5 juta.
- Honda CR-Z ZVT Rp 519 juta.
- Toyota All New Alphard Hybrid Rp 1,3 miliar.
- Toyota All New Camry 2.5 Hybrid Rp 758,7 juta.
- Toyota Prius Hybrid 1.8 A/T Rp 635,9 juta.
- Lexus ES 300 h Rp 1,035 miliar.
- Lexus ES GS 2012 450h Rp 1,378 miliar.
- Lexus New RX 450h Rp 1,42 miliar.
- Nissan X-Trail Hybrid Rp 633,7 juta.
Nah, kabar terbaru, Suzuki mengeluarkan Ertiga Diesel Hybrid dengan label harga Rp 219,5 juta (on the road Jabodetabek). Apakah harga “murah” ini akan membuat konsumen mobil di Indonesia melirik mobil hibrida?