Furukawa Battery – Dalam dunia bernama kendaraan bermotor, aki menjadi salah satu komponen penting namun sering diabaikan. Bisa jadi karena jarang bermasalah kecuali setrumnya habis. Alhasil, lokasinya pun di tempat yang tak biasa. Bahkan di kendaraan roda dua, tak semua orang bisa langsung melihat aki motor.
Sebagai alat penyimpan tenaga listrik arus searah (DC), komponen ini menjadi penyuplai sistem kelistrikan kendaraan bermotor. Jika ngadat, mobil tak bisa distarter secara normal.
Aki, accu, atau dikenal dengan lead-acid battery, ditemukan pertama kali di dunia pada tahun 1800 oleh Alessandro Volta yang dilahirkan di Como, Italia tahun 1745. Temuan Volta yang dikenal dengan “voltaic pile” itu sebenarnya masih sangat sederhana.
Voltaic pile terdiri atas dua lempeng logam (yang satu seng dan lainnya tembaga), yang dicelup dalam larutan asam sulfat sebagai elektrolit pengantar elektron. Sengnya bertindak sebagai kutub (elektroda) negatif dan tembaganya sebagai kutub (elektroda) positif. Ketika kedua elektroda itu dihubungkan dengan kawat, akan timbul arus listrik.
Penyempurnaan dilakukan oleh ahli fisika kelahiran Orthez, Prancis, Raymond Gaston, pada 1859, yang menemukan lead-acid batterry yang bisa diisi ulang berkali-kali (recharge). Plante pun mulai merancang sebuah baterai yang dapat menyimpan tenaga listrik yang dapat dipergunakan.
Selanjutnya, pada 1880 Emile Alphonse Faure dari Prancis, mengembangkan proses pelapisan plat timah dengan pasta yang terbuat dari serbuk timah dan asam sulfat. Ini menjadi terobosan besar dalam menuju industri pembuatan lead-acid battery.
Pada 1881, J.S Sellon, mengajukan paten berupa rancangan pasta yang dilapiskan pada plat berlubang, bukan pada plat tanpa lubang. Dengan begitu pasta melekat lebih baik pada plat timah dibanding dengan temuan Faure. Tapi Sellon masih menggunakan plat antimoni.
Pada tahun yang sama Volmar mengembangkan proses yang sama dengan Sellon tapi dengan menggunakan plat timah yang berkisi-kisi.
Lead-acid battery berubah hanya sedikit saja sejak 1880, terutama pada material kemasan dan sistem produksi, yang lebih meningkatkan daya simpan listriknya, memperpanjang umurnya dan lebih bisa diandalkan, tetapi prinsip kerja baterry sampai sekarang masih tetap sama dengan ketika pertama kali ditemukan.
Saat ini dikenal tiga jenis aki, yaitu aki basah atau konvensional, hybrid, dan maintenance free (MF).
Aki basah atau konvensional masih menggunakan asam sulfat ( H2SO4 ) dalam bentuk cair. Aki maintenance free sering disebut juga aki kering karena asam sulfatnya sudah dalam bentuk gel/selai. Dalam hal mempertimbangkan posisi peletakkannya maka aki kering tidak mempunyai kendala, lain halnya dengan aki basah.
Aki konvensional juga mempunyai kandungan timbal ( Pb ) yang masih tinggi sekitar 2,5% untuk masing-masing sel positif dan negatif. Sedangkan jenis hybrid kandungan timbalnya sudah dikurangi menjadi masing-masing 1,7%, hanya saja sel negatifnya sudah ditambahkan dengan unsur kalsium. Sedangkan aki maintenance free atau aki kering sel positifnya masih menggunakan timbal 1,7% tetapi sel negatifnya sudah tidak menggunakan timbal melainkan calsium sebesar 1,7%.
Pada calsium battery, Asam Sulfatnya ( H2SO4 ) masih berbentuk cairan, hanya saja tidak memerlukan perawatan karena tingkat penguapannya kecil sekali dan dikondensasi kembali. Teknologi sekarang bahkan sudah memakai bahan silver untuk campuran sel negatifnya.