Furukawa Battery – Selain setir kanan, di dunia ini dikenal pula setir kiri. Di beberapa negara Eropa, setir mobil ada di kiri. Karena setir di kiri, maka saat melaju di jalanan mobil ini akan mengambil sisi kanan. Sistem ini disebut dengan right-driving. Lawannya, left-driving seperti di negara kita.
Di seluruh dunia, 125 negara mengadopsi right-driving, sementara hanya 75 negara yang menggunakan sistem left-driving (duniaotomotif.com). Jadi minoritas ya negara kita.
Mengapa ada dua sistem pengendaraan?
Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus menengok masa silam di Inggris. Berbeda dengan kebanyakan negara Eropa daratan, sistem setir di Inggris sama dengan negara kita, yakni di kanan. Hal itu berawal dari kebiasaan para kesatria di Kerajaan Inggris semasa perang.
Berhubung menggunakan kereta kuda saat berperang, para kesatria itu umumnya menyimpan senjata di sebelah kanan karena mereka biasanya menggunakan pedangnya dengan tangan kanan. Sementara tangan kiri digunakan untuk mengendalikan kereta kuda. Kebiasaan ini menurun sampai ke mekanisme setir mobil.
Sistem left-driving ini kemudian dimasukkan dalam Undang-Undang Jalan Raya yang disahkan pada 1835. Aturan ini kemudian diterapkan ke wilayah-wilayah yang menjadi koloni Inggris. Antara lain, mengutip catatan penulis transportasi Giles Chapman, ke Jepang. “Para insinyur Inggris merancang kereta yang didesain untuk dikemudikan di sisi kiri. Akibatnya muncul aturan yang mewajibkan berkendara di sisi kiri,” tulis Chapman.
Lantas, dari mana berkendara di sisi kanan bermula?
Sistem itu bermula dari Prancis dan AS ketika akhir tahun 1700-an mereka mulai menggunakan sado atau kereta besar yang ditarik dua kuda untuk mengangkut hasil pertanian. Sado ini tidak memiliki kursi pengemudi sehingga kusir duduk di belakang sisi kiri kuda. Alhasil, dipakailah tangan kanan untuk mengendalikan kuda. Karena kalau jalan di kiri cambuk ini bisa mengganggu orang yang berpapasan, maka kusir pun melajukan sadonya di sisi kanan jalan. Orang pun bisa leluasa lewat sisi kiri, sementara sang kusir bisa memastikan orang yang lewat itu tidak terlindas roda sado.
Aturan itu tetap bertahan ketika sado berganti dengan mobil. Tapi tak semua negara menegakkan aturan itu secara permanen. Swedia mengganti sistem setir kanan ke kiri pada 1967. Kebijakan ini mendorong Inggris untuk melakukan kajian perpindahan setir juga pada 1969. Akan tetapi hasil akhir Inggris tetap setir kanan karena untuk mengubah sistem itu butuh biaya sekitar 264 juta poundsterling atau setara dengan 4 miliar poundsterling (ekuivalen dengan Rp 76 triliun) dengan nilai uang pada 2018.
Sedangkan Indonesia menganut konsep left-driving karena penjajahan. Paling lama yang menjajah Belanda, yang dulu menganut sistem setir kanan. (Ketika dikalahkan Prancis, Belanda mengubah sistem menjadi setir kiri). Sayangnya, Indonesia kemudian dijajah Jepang yang menganut setir kanan.